Kamis, 14 Agustus 2014

OC Story : Despair Boy - The Feel of Despair

Aku merebahkan diriku ke kasur asramaku. Sudah lama sekali orangtua dan kakakku tak pernah memberi kabar kepadaku. Aku hendak menghubungi mereka, selalu tak diangkat. Apakah mereka saking sibuknya tak pernah pedulikan diriku?

Namun, hal itu sangat sulit aku anggap enteng. Disana aku bukannya mendapat perlakuan menjadi murid, namun mereka malah menindasku layaknya binatang mengincar mangsanya. Aku sangat menderita. Aku tak tahu harus berbuat apa...

Mata biruku meneteskan air mata. Tidak, anak laki-laki tidak boleh menangis! Aku menghapus air mata itu, dan kembali menelpon kakakku. Aku harap ia mengangkatnya.

"Tuutt.. tuuuttt..."

Klek! Diangkat! Aku sangat bersyukur.

"Ini kepolisian. Ada apa?" aku terdiam. Polisi? Ada apa dengan kakak?!

"A-aku... adiknya...," sahutku, sedikit bergetar.

"Maafkan aku ya, dik. Namun, kakakmu barusan kami selidiki karena ia terbunuh oleh makhluk buas. Matanya hilang keduanya."

"APA?!" aku terpekik. Kakak? KAKAK?!

"Kami belum menemukan bukti-bukti lainnya. Kalau boleh tau adik dari-"

Klek. Aku menaruh gagang telpon itu. Sesak sekali dadaku karena kakakku, yang satu-satunya keluarga yang dekat denganku, tewas..

Kakak.... kakak.... siapa yang akan menghiburku...?

Beberapa hari ini, aku dikatakan belum membayar uang sekolah sebesar 100 dollar. Aku tambah sesak lagi karena orangtuaku tidak menghiraukan diriku lagi. Aku terasa dibuang. Aku dibuang oleh keluargaku sendiri... Aku disuruh untuk menjadi petugas bersih-bersih disana, dan disiksa terus oleh anak-anak sekolah.

Aku makin tak kuat, aku hendak membunuh mereka layaknya seseorang yang membunuh kakakku...

Malamnya, aku tidak tidur. Namun, aku pergi ke suatu toko. Aku mendapatkan uang itu dari hasil mencuriku dari dompet anak yang paling kaya disekolah itu. Aku membeli sebuah pisau dan beralasan kepada pemilik toko kalau pisau itu disuruh ibuku. Ia mempercayainya, dasar bodoh!

Dan, setelah kembali ke lingkungan asrama. Aku berjalan ke arah kamar anak yang paling jahat terhadapku. Namun, ketika aku menatap kaca jendela, mata biruku berubah menjadi warna campuran antara biru-ungu-merah. Keinginan membunuhku semakin besar, dan aku membuka pintu dengan berlahan. Tak disangka bahwa ada satu anak yang masih bangun.

"Mau apa kau kesini, pembantu?! Kamar ini tak cocok untukmu tau!" sahut anak tersebut.

"Diam, bajingan...." aku merasa ada yang mengendalikan badanku. Tanganku langsung melemparkan pisau itu terhadapnya dan mengenai pelipisnya. Darah keluar dari anggota badan itu dan menetes ke selimut. Dan, anak itu langsung ambruk seperti layaknya tidur.

Astaga! Aku benar-benar membunuhnya?! Bagaimana?!

Clark, anak yang paling jahat itu, terbangun. Ia terkejut melihat partner tidurnya tewas dengan pisau di pelipis.

"Ronald?! RONALD?!" ia mengguncang-guncangkan badan temannya, dan menatapku dengan sadis. "Pembantu iblis! Kau membunuhnya! Takkan kubiarkan kau hidup!"

"Hehe, justru kau yang menarik kata-katamu..." seringaiku terhadapnya. Ia marah dan mengepalkan tangannya. Dalam sekejap, aku menghindari serangannya dan mengambil pisau dari Ronald, kemudian aku menusukkannya di dadanya Clark.

"Huk! Huk! Huek!" Ia hendak berbicara, namun darah menahannya. Kebencianku semakin menjadi-jadi dan aku menarik pisau itu kebawah perutnya. Ia mengeluarkan darah yang semakin lama warnanya semakin pekat.

"Rasain," kataku, lalu mencabut pisau itu dan mengelapnya di baju Clark. Beruntung cipratan tersebut tak terkena pada bajuku. "Selamat malam, sampai jumpa kembali di neraka~"

Paginya, asrama heboh dengan kematian kedua anak tersebut. Aku melakukan aktivitas seperti biasa, dan menghiraukan apa yang terjadi. Polisi-polisi mulai berhamburan dan membuat garis agar tak seorangpun masuk kesana. Aku memberi seringai terhadap beberapa anak yang memperhatikanku.

"Pasti ini ulah Ryu! Aku yakin ini pasti ulahnya!" kata salah satu seorang murid. Aku tahu ia pasti menuduhku. Kemudian, beberapa diantara murid itu berbicara kepada kepala sekolah. Alhasil, aku disiksa dengan cara yang keras. Aku dipaksa melepas baju dan kedua tanganku diikat menggunakan rantai. Siapapun itu, pasti memukulku atau melukaiku menggunakan apapun. Dari pagi sampai malam, sampai kulitku berwarna pucat dan mataku menunjukkan bayangan dibawahnya. Aku akhirnya dikeluarkan menggunakan cara yang kasar juga.

Koper berisi barang-barangku dilempar ke jalanan sampai koperku terbuka dan semuanya terlempar. Aku meninggalkan sekolah ini dengan kenangan penuh pahit. Sialan!

Ketika aku hendak menangis hingga mataku bengkak, seorang laki-laki mendekatiku. Bertanya apa dan mengapa, aku menjelaskannya. Kupikir ia akan mengadopsiku, jadi aku tenang kali ini. Sialnya, sesampai ditempat tinggalnya, bukannya kenyamanan yang kudapat, tak kalah jauh sadis seperti yang aku bayangkan. Aku sudah kehilangan apapun, ia mengambilnya!

Akhirnya, pada tengah malam, aku beranjak dari kasurnya dengan diam-diam, dan memakai baju dengan segera. Tak peduli ada bekas darah, aku pergi dari rumahnya. Kini, aku sudah ditengah hutan dan akan membunuh anak ataupun pria dewasa.

Soon....

Ketika aku dihutan belantara yang tak kukenal namanya, kulihat ada seorang perempuan dan... laki-laki? Gondrong?

Hehe, mangsaku...

Aku langsung berlari ke arahnya dan ia menangkis pisauku. TRANG!

"Siapa kau?!" pekiknya, dengan suara agak kebocahan.

"Aku takkan membiarkanmu hidup, om!" seruku, mengarahkan pisauku ke mukanya.

"O-om?" tanyanya, bingung

Senin, 11 Agustus 2014

Creepypasta: Bloody Painter

Sumber: Copas dari note temen/DeviantArt
Translate: Niagi28

Bloody Painter
.
.
.
Ini Helen, berumur 14 tahun. Kantung matanya yang berwarna hitam menunjukkan bahwa dirinya tidak pernah tidur dengan nyenyak. Ia tidak peduli dengan rambut hitam yang acak-acakan tersebut, sejak ia tidak terlalu peduli untuk mengurus dirinya. Ini memang tidak biasa.
Tempat duduknya berada di belakang dan bersebelahan dengan kaca jendela; ia selalu duduk dengan tenang sambil menggambar, karena itu seperti segala sesuatu baginya. Ia tidak terlalu suka bersosialisasi dengan orang, membuatnya seperti sendirian.

Disitu ada orang yang selalu didorong ke lantai setelah sekolah. Ia adalah Tom, siswa korban dari bully, bukan karena ia telah melakukan apapun, tapi karena kebencian orang-orang di sekitarnya. Hal ini terkadang dilakukan, dan Helen selalu memperhatikannya. Meskipun ia merasa kasihan dengan Tom, dia tidak ingin ikut campur, karena itu sedikit mengganggu.

Selama istirahat, Judy mengatakan dia kehilangan jam tangannya dan ia mencari untuk itu. Helen tidak membantunya, karena itu bukan urusannya. Tiba-tiba, seseorang melihat sesuatu berkedip didalam tas Helen.
"Apa ini?" Kata Ban, sambil meletakkan tangannya ke dalam tas, dan mengeluarkan sebuah jam yang dipangkas dengan berlian palsu. Helen sangat terkejut melihat itu, ia tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. "Ah! Itu jam saya! "Judy menerima jam tangan dari Ban setelah melihat situasi. Keduanya menatap Helen dengan tatapan aneh. "Bukan aku" kata Helen, yang masih menggambar pada buku tulis tanpa mengangkat kepalanya sedikit. "Ya benar" Judy meninggalkan kelas dengan Ban saat ia menyimpulkan.

Keesokan harinya, seperti biasa, Helen duduk di gambar mejanya. Ia melihat bahwa atmosfer tidak merasa benar di sekitarnya; orang mulai berbisik-bisik tentang dia, dan bahkan beberapa mulai menyebutnya "Pencuri". Dia memutuskan untuk tidak menjelaskan untuk dirinya sendiri, karena ia tahu bahwa tidak ada gunanya untuk melakukannya.

Dengan berjalannya waktu, Helen menjadi target baru korban bagi orang untuk menggertak, semuanya ia sekarang lakukan berlebihan. Dia tidak menyukainya, tapi ia tidak dapat melawan. Dia terus menahan perasaan dalam hatinya, tetap diam.

Sampai suatu hari, Ban datang kepadanya dan menyambar buku tilisnya, dengan gambar yang belum selesai di atasnya. "Selalu melakukan hal-hal tak berarti" kata Ban saat ia merobek beberapa halaman gambar, merobek menjadi potongan-potongan kecil, yang ingin melihat reaksi dari Helen. Pada tingkat ini, perasaan bahwa ia telah menahannya langsung keluar. Dia meninju Ban di wajah, dan mulai melawan. Helen tidak kuat bagaimanapun, jadi ia dipukuli dalam waktu singkat. Siswa lain pergi untuk melihat pertarungan, tanpa berhenti itu; beberapa orang bahkan menginjak wajahnya dan perutnya.

Tepat setelah bel berbunyi, semua orang berhenti apa yang mereka lakukan dan kembali penggambaran kursi sebelum guru datang. Helen kembali ke kursinya, seakan tak terjadi apa-apa. Guru memasuki ruangan di kemudian hari, "Oh my, Otis (Helen)! Apa yang terjadi!? "Helen memiliki begitu banyak memar terlihat pada dirinya bahwa diketahui oleh guru setelah ia memasuki ruangan. Semua orang menoleh ke arahnya, menunggu untuk memberikan tanggapan sementara sambil memelototinya dengan tatapan membunuh. "Aku jatuh dari tangga, Miss." Helen membalasnya lalu tatapan itu menghilang.

Setelah pulang ke rumah dari sekolah, orang tuanya juga bertanya apa yang terjadi, dan ia merespon dengan jawaban yang sama. Jaket biru dia memakainya untuk menyembunyikan memar selain yang di wajahnya. Orang tuanya percaya tanpa keraguan. Biasanya, ketika orang tua Helen bertanya tentang bagaimana dia di sekolah,ia akan bilang dia baik-baik saja. Dia bahkan berbohong tentang membuat banyak teman, hidup bahagia setiap hari. Helen menolak untuk memberitahu orangtuanya kebenarannya, karena dia tidak ingin membuat orang tuanya khawatir tentang dia.

Beberapa bulan kemudian, ia telah terbiasa dengan komentar negatif tentang dia, dan dipukuli atau dipermalukan telah menjadi peristiwa normal baginya; ia benar-benar kebal dengan hal-hal ini sekarang. Siapa yang menjebaknya di tempat pertama? Mengapa pelakunya melakukan ini? Ini tidak penting lagi. Tidak ada yang penting lagi.

"Hi! Kau di sana? "Helen menerima pesan dari pengguna yang tidak diketahui di Facebook." Siapa kau? "Dia menjawab. "Aku Tom, teman sekelas Anda." Tom tidak pernah berinteraksi dengan dia sebelumnya. Ini mengejutkannya sedikit. "Apa itu?" Kata Helen. "Um ... kau baik-baik saja?" "Itu bukan urusanmu." Helen menyimpulkan pertanyaan Tom. Tom mengetik untuk sementara waktu sebelum datang dengan, "Dengar, aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang.Kau tepat dalam situasi yang sama seperti saya. Aku benar-benar ingin membantumu, tapi aku tidak bisa ... maaf. "Setelah itu, Tom dan Helen teks satu sama lain untuk waktu yang lama, dan Helen merasa jauh lebih baik setelah mengatakan kepadanya semua rasa sakit dan perasaan dia telah lewati. Ia bahkan bisa membuat lelucon dengan Tom, sering menggunakan ":)" untuk menunjukkan kebahagiaannya. Ini adalah pertama kalinya dia pikir dia telah membuat teman.

Ini adalah cuaca hangat di sore hari. "Ayo temui aku di atap setelah pelajaran pertama di sore hari. Kita perlu bicara, jangan tanya lagi. "Mengirim sms Untuk malam terakhir. Mengikuti instruksi nya, Helen bertemu Tom di atap, melambaikan tangannya dan berjalan ke arahnya saat ia mengatakan "Hey Tom! Ada apa, teman? ". "Dan ... Saya Memiliki sesuatu untuk mengatakan ... sesuatu yang penting ..." kata Tom dengan wajah serius. "Ingat insiden pencurian?" Bagaimana Helen bisa melupakannya? Begitulah ia mulai menderita! Helen mengangguk untuk menunjukkan bahwa ia ingat. "Aku pelakunya!" Tom menunduk, takut untuk melihat ke dalam matanya. "APA ?!" Helen Kaget. "Aku mencuri arloji Judy dan menuduh kamu sebagai pelakunya." "Mengapa kau melakukan ini?" "Dengan kau sebagai target korban baru, hidup saya jauh lebih baik." Untuk menyeringai. Memang benar, ketika semua orang memutuskan untuk menggertak Helen, mereka tidak akan mengganggu Tom lagi. Dia hanya seperti mainan ditinggalkan. Baginya yang benar-benar sempurna. Selama dia terus diam ia akan mampu menjalani kehidupan sekolahnya aman dan sehat. Dia berhasil; rencana itu luar biasa sempurna.

Helen meraih kerah kemejanya, dan, setelah mendorong sekitar sedikit, ia akhirnya dekat tepi atap. Tom tergelincir dan jatuh dari atap. Helen Seketika meraih tangannya, dan mencoba untuk menariknya kembali, tapi Helen tidak memiliki banyak kekuatan untuk melakukannya.

"Aku sangat menyesal, Helen" Tom jatuh. Helen menutup matanya, takut melihat apa yang akan terjadi. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi satu cerita setelah jatuh dari bangunan tinggi.
Setelah polisi tiba, mereka memiliki sebuah wawancara dengan Helen. Dia juga ngeri dengan kecelakaan, namun, untuk mengatakan bahkan sepatah kata pun.

Sekali lagi, Helen menjadi topik diskusi antara siswa. Beberapa orang berpikir Helen mendorong Tom dari atap, tapi sebagian besar yang lain berpikir bahwa Tom Berkomitmen bunuh diri, dan Helen gagal menyelamatkan dia, karena mereka melihat dia meraih tangan Tom sebelum dia jatuh.

Malam itu, Helen berada di kamarnya menangis, menggigil, dan ia tidak dapat menghentikan tuduhan bersalah dari tumbuh dalam dirinya. Dia perlu menenangkan diri, dan tiba-tiba terlintas ide dalam pikirannya: "Ini bukan salahku bahwa Tom meninggal. Dia layak untuk mati! "Ini membuatnya merasa jauh lebih baik, dan tuduhan bersalah nya memudar juga. Helen tersenyum mengerikan, "Tom memiliki hukumannya ... Saya kira sudah waktunya bagi orang lain untuk memiliki mereka, bukan?" Teriakan-Nya berubah menjadi tawa dalam gelap.

Teman sekelas Helen memutuskan untuk mengadakan pesta pada hari Halloween, tapi itu tidak untuk merayakan Halloween, itu hanya untuk memiliki teman-teman mereka datang bersama-sama untuk pesta. Tentu saja, Helen tidak diundang ke pesta. Malam sebelum hari Halloween, Judy dan Maggie chatting satu sama lain di Facebook. Keduanya tinggal di asrama sekolah, dan kamar Judy sebelah Maggie.

09:03 - Judy: siapa yang akan datang pada pesta besok? Aku sangat bersemangat: D
09:03 - Maggie: sebagian besar kelas kami akan berada di sana. Tapi aku mengirim sms Ban hingga beberapa kali, dan meskipun semua pesan yang saya kirim akan membaca, dia tidak pernah menjawab sms saya. Ada yang salah dengan dia?
09:04 - Judy: dia mungkin bekerja kurasa
09:06 - Maggie: ada langkah yang aneh sedang terjadi ... Aku sudah mendengar dari pintu pada waktu yang lama saya ... Saya pikir berjalan seseorang di sekitar asrama
09:06 - Maggie: tunggu, aku akan pergi cek

(Ia menggunakan lubang di pintu untuk mengecek, Maggie melihat sesuatu yang tidak biasa ...)

09:07 - Maggie: Ya tuhan!! ada seorang pria di luar yang mengenakan topeng dan jaket biru, dan dia memegang pisau. dan DIA BADANNYA BERDARAH SEMUA !!
09:07 - Maggie: f ** k! dia mengetuk pintu saya sekarang
09:08 - Maggie: ya tuhan ya tuhan ya tuhan!!!!
09:08 - Judy: tenang saja, dan ambil senjata atau sesuatu
09:08 - Judy: lindungi dirimu!
09:09 - Maggie: Dia memutar kenop pintu, hal yang buruk saya menguncinya
09:09 - Maggie: Aku takut !!
09:09 - Judy: Maggie
09:09 - Maggie: apa yang harus saya lakukan ?!
09:09 - Judy: Maggie, dengarkan
09:09 - Maggie: SELAMATKAN AKU!
09:09 - Judy: Maggie, tenang
09:09 - Judy: Maggie
09:10 - Judy: Maggie?
09:10 - Judy: Kau disana?

Pesan tersebut ditampilkan untuk dibaca, tapi Judy hanya tidak melihat Maggie meresponnya.Lalu Judy mendengar suara nya membuka pintu kamar. Lalu dia berbalik, dia merasa sakit yang mengerikan di perutnya. Seseorang berdarah yang mengenakan topeng dan jaket biru menerobos ke ruangan dan menusuk dirinya.

Malam itu, semua siswa yang berada di asrama dibunuh. Tidak ada yang tahu bagaimana pembunuh yang melakukannya. Pembunuh menggunakan darah korban untuk melukis di dinding asrama, dengan sebagian besar lukisan yang wajah ":)". Banyak mayat sedang tercincang dan dihaluskan, mungkin untuk mendapatkan lebih banyak "pigmen" . Helen Otis, pelakunya, masih hilang saat ini.

Namun, di chat room di mana Judy dan Maggie mengirim pesan satu sama lain, pesan itu tertulis yang menanggapi pesan pertama Judy jam 09:03:

"11:15 - Judy: jangan gembira tentang besok:)" karena tidak akan ada hari esok.

Minggu, 10 Agustus 2014

Creppypasta : Ben Drowned Post #1

Sumber: Creepypasta wikia
Translate: Niagi28
Bagian: 1/4

Happy Reading
.
.
Gomenna for long-post :/ and lack of grammar
.
.
Post #1 (7 September 2010)

Baiklah, aku butuh pertolonganmu dengan urusan ini. Ini bukanlah copypasta, ini adalah cerita panjang, tapi aku rasa seperti keselamatanku aman terkendali untuk hal seperti ini, dan ini adalah sesuatu yang sangat dan amat menakutkan yang telah terjadi pada seumur hidupku.
Setelah mengatakan itu, aku baru saja pindah ke kamar asrama sebagai Sophomore di perguruan tinggi dan seorang temanku memberi Nintendo 64 lamanya untuk bermain. Aku terpicu, untuk sedikitnya, akhirnya aku bisa memainkan semua game-game lamaku bahwa aku tidak menyentuh dalam setidaknya satu dekade. Nintendo 64-nya datang dengan satu controller berwarna kuning dan satu kaset usang “Super Smash Bros”, dan terkadang dalam pilihannya tidak dapat dipilih, tak perlu dikatakan itu butuh waktu lama sampai aku bosan karena menyelesaikan LVL 9 CPU keatas.

Akhir pekan itu aku berencana untuk berkeliling beberapa lingkungan perumahan sekitar dua puluh menit atau lebih di luar kampus, menghampiri tukang barang loak lokal, berharap untuk mendapat sesuatu pada beberapa transaksi yang baik dari orang tua bodoh. Aku akhirnya menerima copian dari Pokemon Stadium, Goldeneye, F-Zero, dan dua controller lainnya untuk dua dollar. Puas, aku mulai keluar dari lingkungan ketika salah satu rumah terakhir menarik perhatianku. Aku masih tidak tahu mengapa hal itu terjadi, tidak ada mobil di sana dan hanya satu meja didirikan dengan sampah acak di atasnya, tetapi sesuatu semacam menarikku di sana. Biasanya saya percaya pikiranku pada hal-hal ini jadi aku keluar dari mobil dan saya disambut oleh seorang pria tua. Penampilan luar-Nya, karena tidak ada kata yang lebih baik, tidak menyenangkan. Itu aneh, jika kau memintaku untuk memberitahumu mengapa saya pikir dia tidak menyenangkan, saya tidak bisa benar-benar menentukan apa - ada sesuatu tentang dia yang menempatkan saya di tepi, saya tidak bisa menjelaskannya. Yang bisa saya katakan adalah bahwa jika bukan di tengah-tengah sore hari dan ada orang lain dalam jarak berteriak, aku tidak akan bahkan berpikir untuk mendekati orang ini.
Dia melontarkan senyuman yang aneh padaku dan bertanya apa yang aku cari, dan segera aku melihat bahwa ia buta di salah satu matanya; mata kanannya "menerawang" melihat tentang hal itu. Aku memaksa diriku untuk melihat ke mata kiri sebagai gantinya, berusaha tidak menyinggung, dan bertanya apakah dia punya video game lama.

Aku sudah bertanya-tanya bagaimana aku bisa sopan minta diri dari situasi ketika dia bilang dia tidak tahu apa video game, tapi saya terkejut dia bilang dia punya beberapa di sebuah kotak tua. Dia meyakinkanku bahwa ia akan kembali dalam "sekejap" dan berbalik untuk kembali ke garasi. Saat aku melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang pincang, aku tidak bisa membantu tetapi melihat apa yang ia jual di mejanya. Mejanya berserakan dan yang agak aneh ... lukisan aneh; berbagai karya seni yang tampak seperti bercak tinta yang seorang psikiater mungkin menunjukkan Anda. Penasaran, saya melihatnya- itu jelas mengapa tidak ada yang mengunjungi orang ini di cuci gudang, ini tidak benar-benar estetis menyenangkan. Ketika saya datang ke yang terakhir, untuk beberapa alasan itu tampak hampir seperti Majora Mask - tubuh berbentuk hati yang sama dengan paku kecil yang menonjol ke luar. Awalnya aku hanya berpikir bahwa karena saya diam-diam berharap untuk menemukan permainan yang di garasi penjualan ini, beberapa omong kosong Freudian memproyeksikan dirinya ke dalam bercak tinta, tetapi mengingat peristiwa yang terjadi sesudahnya aku tidak begitu yakin sekarang. Aku harus meminta tentang hal itu. Aku berharap aku akan tanya pria itu tentang hal ini.

Setelah menatap lambang Majora yang berbentuk itu, aku mendongak dan orang tua itu tiba-tiba ada lagi, ia meletakkan lengan panjangnya di pundakku, tersenyum padaku. Kuakui aku melompat keluar dari refleks dan aku tertawa gugup sambil menyerahkan sebuah Nintendo 64 cartridge. Itu berwarna abu-abu standar, kecuali bahwa seseorang telah menulis Majora di atasnya dengan spidol permanen warna hitam. Aku merasakan ada kupu-kupu di perutku karena aku menyadari apa kebetulan ini dan bertanya berapa banyak ia ingin untuk itu.

Orang tua itu tersenyum padaku dan mengatakan kepadaku bahwa aku bisa memiliki secara gratis, yang dulu milik seorang anak yang kira-kira seusia diriku yang tidak tinggal di sini lagi. Ada sesuatu yang aneh tentang bagaimana orang itu diutarakan itu, tapi aku tidak benar-benar memperhatikan lagi untuk itu, aku juga tidak hanya menemukan permainan ini tapi mendapatkan secara gratis.

Aku mengingatkan diriku untuk menjadi sedikit skeptis karena ini tampak seperti cartridge cukup rusak dan tidak ada jaminan itu akan berhasil, tapi kemudian optimis dalam diriku menyela bahwa mungkin itu semacam versi beta atau versi bajakan dari permainan dan itu semua aku harus kembali ke Cloud Nine. Aku mengucapkan terima kasih pria itu dan pria itu tersenyum padaku dan berharap saya dengan baik, mengatakan "Selamat tinggal kemudian!" - Setidaknya itulah apa yang terdengar seperti saya. Sepanjang jalan di mobil-perjalanan pulang, aku punya keraguan mengganggu bahwa orang itu mengatakan sesuatu yang lain. Ketakutan saya benar-benar nyata ketika saya boot up permainan (saya terkejut itu bekerja dengan baik) dan ada satu file bernama hanya "BEN". "Goodbye Ben", ia mengatakan "Selamat tinggal Ben". Aku merasa buruk bagi orang itu, jelas kakek dan jelas akan pikun, dan saya - untuk beberapa alasan atau lainnya - mengingatkannya pada cucunya "Ben".

Karena penasaran aku memandang penyimpanan file. Melirik ke situ, aku tahu bahwa dia cukup jauh dalam permainan - ia memiliki hampir semua topeng dan 3/4 sisa-sisa para bos. Aku melihat bahwa ia telah menggunakan patung burung hantu untuk menyimpan permainan, ia berada pada hari 3 dan oleh Stone Tower Temple dengan hampir satu jam lagi sebelum bulan akan musnah. Aku berpikir bahwa itu adalah rasa malu yang cukup bahwa ia pergi begitu dekat dengan mengalahkan permainan tapi ia tidak pernah selesai itu. Saya membuat file baru bernama "Link" dari tradisi dan memulai permainan, siap untuk menghidupkan kembali masa kecil saya.

Untuk game catridge yang tampak usang, saya terkesan pada bagaimana cara berjalannya cukup lancet- secara harfiah seperti salinan ritel dari permainan menyimpan untuk beberapa ‘bug’ di sana-sini (seperti tekstur yang harusnya tidak ada, sedikit berkedip pada cutscenes pada interval aneh, tapi tidak terlalu buruk). Namun satu-satunya hal yang agak mengerikan adalah bahwa kadang-kadang NPC akan memanggil "Link" dan di lain waktu mereka akan memanggil "BEN". Aku pikir itu hanya bug - kebetulan dalam pemrograman yang menyebabkan file-file kita ikut campur atau sesuatu. Itu semacam membuatku terkejut meskipun setelah beberapa saat, dan itu sekitar setelah aku telah mengalahkan Temple Woodfall bahwa aku dengan sayangnya pergi ke menyimpan file dan menghapus "BEN" (aku berniat untuk menghormati pemilik file hanya dari sehubungan dengan pemilik asli permainan, tidak seperti aku butuh dua file sebenarnya), berharap bahwa itu akan memecahkan masalah. Hal itu dan tidak, sekarang NPC tidak akan menyebut apa-apa, di mana nama aku harus ada dalam dialog dan disitu hanya spasi yang kosong(aku menyimpan nama file yang masih disebut "Link”). Frustrasi, dan aku punya  pekerjaan rumah yang harus dilakukan,aku menaruh game itu dan mematikannya selama satu hari.

Aku mulai bermain game itu lagi saat malam, lalu mendapatkan Lensa kejujuran (Lens of truth) dan berjalan untuk menyelesaikan misi Snowhead Temple. Sekarang, mungkin sebagian dari kalian yang hardcore Majora’s Mask pasti tahu “4 Days Glitch” - Bagi mereka yang tidak cari di Google dimana glitch itu saat jarum jam menunjukkan waktu 00:00:00 pada hari terakhir, kau berbicara dengan astronom dan melihat melalui teleskop. Jika waktu itu benar –benar mundur dan menghilang dan pada dasarnya memiliki satu hari lagi untuk menyelesaikan apa pun yang kau lakukan. Memutuskan untuk melakukan glitch untuk mencoba dan menyelesaikan Temple Snowhead, kebetulan saya mendapatkannya pada percobaan pertama dan pencatat waktu di bagian bawah menghilang.

Namun, ketika saya menekan B untuk keluar teleskop, bukannya disambut oleh astronom aku mendapati diriku di arena bos Majora di akhir pertandingan (Dimana arena kotak itu sangat licin) lalu menatap Skull Kid melayang di atas saya. Tidak ada suara, hanya dia melayang di udara di atas saya, dan musik latar belakang yang biasa untuk arena bos (tapi masih menyeramkan). Segera telapak tanganku mulai berkeringat - ini pasti tidak normal. Skull Kid TIDAK PERNAH muncul di sini. Aku mencoba bergerak di seluruh wilayah, dan di mana pun aku pergi, Skull Kid akan selalu menghadap saya, menatapku, tidak mengatakan apa-apa. Tidak ada yang akan terjadi meskipun, dan ini terus untuk sekitar enam puluh detik. Saya pikir pertandingan itu disadap atau sesuatu - tapi aku mulai ragu bahwa bug itu sangat banyak.

Aku hendak meraih tombol reset ketika teks muncul di layar saya: "Kau tidak yakin mengapa, tetapi Anda tampaknya memiliki reservasi ..." Aku langsung mengenali teks yang aku kenal - kau mendapatkan pesan bahwa ketika kau mendapatkan kunci kamar dari Anju di Bursa Pot Inn, tapi mengapa itu tampil di sini? Saya menolak untuk menghibur gagasan bahwa itu hampir seolah-olah permainan berusaha untuk berkomunikasi dengan saya. Aku mulai menavigasi ruang lagi, pengujian untuk melihat apakah itu semacam pemicu yang memungkinkan saya untuk berinteraksi dengan sesuatu di sini, kemudian aku menyadari betapa bodohnya aku - bahkan berpikir bahwa seseorang bisa memprogram ulang permainan seperti ini tidak masuk akal. Benar saja, lima belas detik kemudian pesan lain muncul di layar, dan lagi seperti yang pertama itu sudah frase yang sudah ada "Pergi ke sarang bos candi? Ya / Tidak". Aku berhenti sejenak, merenungkan apa yang saya harus menekan dan bagaimana permainan akan bereaksi, ketika saya menyadari bahwa saya tidak bisa memilih no. Mengambil napas dalam-dalam, aku menekan Ya dan layar memudar menjadi putih, dengan kata-kata "Dawn of a New Day" dengan tersirat "||||||||" di bawahnya. Di mana saya terpindah dan dipenuhi dengan rasa takut paling intens dan akan datang ketakutan yang dasyat yang pernah saya alami.

Layar itu mulai memudar dan aku berdiri di atas menara jam dengan Skull Kid melayang di atas aku lagi, diam. Aku mendongak dan bulan muncul kembali, menjulang hanya beberapa meter di atas kepala saya, tapi Skull Kid hanya menatapku dengan tatapan memburu dengan topeng sialannya. Sebuah lagu baru bermain - tema Stone Tower Temple dimainkan secara terbalik. Dalam beberapa jenis usaha putus asa, karakter ini dilengkapi busur dan aku menembakkan tembakan di Skull Kid - dan itu benar-benar kena dan ia memainkan animasi dia terhuyung-huyung kembali. Aku menembak lagi dan pada panah ketiga, kotak teks muncul mengatakan "Itu tidak akan ada gunanya bagimu. Hee, hee." dan aku diangkat dari tanah, melayang disekitar atas punggung saya, dan kemudian link berteriak sambil terbakar, langsung membunuh dia.

Aku melompat ketika hal ini terjadi - aku belum pernah melihat tahap ini digunakan oleh siapa pun dalam permainan dan Skull Kid sendiri tidak MEMILIKI langkah apa pun. Sebagai layar kematian dimainkan, tubuh tak bernyawa itu masih menyala, Skull Kid tertawa dan layar memudar menjadi hitam, hanya untuk membuatku muncul kembali di tempat yang sama. Aku memutuskan untuk mengejarnya, tapi hal yang sama terjadi, tubuh Link yang diangkat dari tanah oleh kekuatan yang tidak dikenal dan ia segera terbakar lagi dan membunuhnya. Kali ini selama layar kematian suara nada terbalik dari the Song of Healing bisa didengar. Pada ketiga (dan mencoba final), saya melihat bahwa tidak ada waktu pemutaran musik ini, bahwa semua ada keheningan menakutkan. Aku ingat bahwa dalam pertemuan asli dengan Skull Kid seharusnya menggunakan Ocarina baik perjalanan kembali dalam waktu atau memanggil raksasa. Aku mencoba untuk memainkan Song of Time tapi sebelum aku bisa melihat catatan terakhir Link tubuhnya sekali lagi meledak dengan mengerikannya menjadi kobaran api dan ia meninggal.


Sebagai layar kematian mendekati akhir, ia mulai menenggak, seolah-olah cartridge mencoba untuk memproses banyak sesuatu .... Ketika layar sadar, itu adalah adegan yang sama seperti yang pertama tiga kali, kecuali kali ini Link terbaring di tanah mati dalam posisi aku belum pernah melihat dalam permainan sebelumnya, kepalanya miring ke arah kamera, dengan Skull Kid mengambang di atasnya. Aku tidak bisa bergerak, aku tidak bisa menekan tombol apapun, yang bisa saya lakukan hanya menatap mayat Link yang. Setelah sekitar tiga puluh detik ini, permainan hanya memudar dengan pesan "Kau sudah bertemu dengan nasib buruk, bukan?" sebelum menendang Anda keluar ke layar judul.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Creepypasta : Kagekao (Indonesian translation)

Sumber: Creepypasta wikia
Translation: Niagi28

Happy Reading!
.
.
.

Mark menghela nafasnya dan menatap langit malam. Ia berdiri di atap pada bangunan apartemennya. Terkadang, Mark hanya suka untuk berdiri disana dan melihat-lihat, sangat tenang dan damai. Melihat kebawah pun kau bisa melihat keramaian dan hiruk-pikuk yang biasa saja di kota, tapi ketika kau melihat keatas kau bisa melihat langit yang indah, dan terkadang dipenuhi oleh bintang-bintang dan bulan purnama.

Mark berjalan ke perbatasan atap sehingga ia terselamatkan dari resiko mati terjatuh. Malam sangatlah larut sehingga ia berjalan turun ke kamar apartemennya nanti. Lalu ia melihat sesuatu melayang terbawa angin beberapa meter jauhnya. Mark kemudian berjalan dan mengambil benda tersebut, melihat bahwa itu adalah koran hari ini, dan ia mulai membaca halaman depannya:

“PEMUDA DITEMUKAN MATI DIDEKAT BATANG KAYU”

Sebelumnya hari ini John Parker, usia 20, ditemukan tewas di dekat hutan utara. Keluarganya menyatakan bahwa ia tidak pernah punya musuh yang nyata, tapi dia sedikit pengacau. Mereka tidak tahu siapa yang ingin dia mati. Kematiannya tampaknya disebabkan oleh kehilangan darah. Bekas luka tampak dari hewan yang besar, tapi yang kemudian ditemukan tidak menjadi penyebabnya sebagai simbol ditemukan diukir di dahi pria itu. Simbol itu adalah “-“

Mark meletakkan koran ke bawah di mana ia menemukannya; dia tidak ingin sebuah artikel seperti itu merusak malam nya. Dia berjalan di sepanjang perbatasan dengan lengannya di atasnya, menatap langit. Dua puluh tahun, begitu muda. Dia merasa kasihan dengan anak itu, ia sendiri hampir tiga puluh. Dia memikirkan semua hal yang manusia tidak akan mampu lakukan sekarang bahwa hidupnya sudah pergi. Mark mencoba untuk melupakan dari kepalanya; ia tidak ingin mengalami depresi.

Tanpa sadar, tangan Mark bertemu kardus kosong yang berada dipinggir. Dia berusaha menangkapnya tapi sudah terlambat; kardus itu jatuh ke bawah menuju jalanan. Itu aneh, ia tidak melihat ada mobil; hanya satu orang kesepian berjalan di sepanjang trotoar.

"Hei Awas! "Panggilnya, tapi agaknya ia terlambat. Kotak itu jatuh di kepala seseorang; Yah, setidaknya itu hanya sebuah kotak kardus kosong. Dia akan berjalan ke bawah permintaan maaf ketika apa yang terjadi selanjutnya membuatnya membeku. Orang yang berada di sisi jalan menatapnya, ia memakai hoodie hitam dan syal bergaris-garis hitam dan putih. Itu tentu saja tidak hanya satu hal yang membuatnya membeku, orang tersebut juga memiliki topeng aneh; setengah gelap gulita dan setengah putih bercahaya.

Ia berhasil mendapatkan kembali suaranya dan akan berteriak permintaan maafnya; mungkin orang ini baru saja kembali dari pesta yang aneh atau pertemuan; ketika ia lagi beku dengan apa yang dilihatnya. Pria itu mengatakan sesuatu yang Mark tak bisa mendengar, dan kemudian melompat ke dinding. Dia mulai memanjat sisi gedung mirip dengan gaya laba-laba atau kadal. Mark hanya beku, mulut ternganga, berusaha memahami apa yang dilihatnya. Pria aneh, tidak, monster, mencapai puncak gedung dan berjongkok di tepi perbatasan itu. Mark sekarang melihat bagaimana ia mampu memanjat bangunan jadi mudah; ia mengenakan sarung tangan putih, tapi di sisi atasnya panjang, hitam, seperti cakar kucing membentang dari ujung setiap jari melalui sarung tangan. Dia melihat bahwa topeng memiliki wajah di atasnya, tetapi hanya setengah wajah. Di sisi putih topeng ada bentuk sebuah mencari mata marah dan mulut melengkung seperti cemberut.

Mereka hanya saling menatap. Itu hanya beberapa detik tapi Mark rasanya seperti seabad. Kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Topeng monster itu berubah, mulut marah dan mata menghilang dan di sisi hitam topeng muncul mata bahagia dan senyum yang aneh.
Monster itu memiringkan kepalanya ke satu sisi dan berkata:

遊びたいか?” (Asobitai ka?; Apakah kamu mau main?)

Mark menjerit dan berlari menuju pintu kecil yang mengarah ke bagian dalam gedung. Dia berdoa bahwa monster itu tidak mengikutinya. Dia meraih pintu dan membukanya, melesat di dalam, dan menutupnya dengan keras. Terengah-engah, ia bersandar di pintu untuk tetap menutup.

Setelah beberapa saat ia bertanya-tanya apakah monster itu masih ada, dan mengapa tidak mencoba untuk memaksa pintu tersebut terbuka. Dia tidak tahu apa yang dikatakan kepadanya, tapi ada sesuatu yang aneh tentang cara mengatakannya. Itu tampak bahagia dan menyenangkan, tetapi juga marah dan berbahaya. Dia mengumpulkan keberaniannya dan memutuskan untuk membuka pintu. Menempatkan satu tangan di kenop pintu, ia mengambil napas dalam-dalam dan perlahan-lahan membuka pintu; siap untuk apa pun yang berada di sisi lain.

Mark berharap menemukan dirinya berhadapan dengan topeng aneh itu. Sebaliknya ia melihat bahwa monster itu masih ditempat ia meninggalkannya, duduk di tepi atap dan tersenyum senyum aneh dan agak berbahaya.
Monster itu mengatakan lagi:

遊びたいか, おまえ?ケケケ!私はあなたがあそびしたい!” (Asobitai ka, omae? Kekeke! Watashi wa anata asobi shitai!; Apakah kamu mau main? Kekeke! Aku ingin kau bermain!)

Mark membanting pintu itu lagi. Kakinya jatuh dari bawah dan dia duduk di lantai. Dia tidak suka cara monster itu mengatakan hal-hal kepadanya. Dia duduk di sana untuk sementara waktu, mencoba untuk memahami apa yang terjadi. Yah itu adalah akhir; mungkin dia tertidur di atas atap dan memiliki mimpi buruk. Dia memutuskan untuk memeriksa sekali lagi.

Mark berdiri dan perlahan-lahan membuka pintu. Sebagian dari dirinya mengatakan bahwa rakasa akan di tempat yang sama, dan mengatakan hal yang sama; bagian lain mengatakan bahwa monster itu akan tepat di sebelah pintu, cakarnya yang menghunus itu dan siap untuk mencakar. Dia salah, monster itu pergi. Itu hanyalah lampu-lampu kota dan suara beberapa mobil mengemudi oleh. Dia menghela napas lega, itu semua hanya mimpi.

Pintu terbanting menghantam wajahnya. Dia membuat suara kesakitan seperti logam pintu menghantam dirinya di dahi. Mark mengusap kepalanya dan jatuh ke lantai.
"Apaan itu!?" Dia berteriak ke orang tersebut. Dia tidak menutup pintu, bahkan jika dia dia tidak canggung; dan angin tidak cukup kuat untuk menutupnya. Dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa mungkin itu hanya embusan angin aneh, tapi pikirannya dengan cepat setuju ketika mendengar tawa itu lagi.

ケケケ!” (Kekeke!)

Suara itu datang dari tepat di luar pintu, sedikit ke atas. Monster itu telah berdiri di atasnya.


Mark terbangun dengan bingung; ia berada di apartemen sendiri, di tempat tidurnya. Dia melihat sekeliling untuk memastikan itu benar-benar tempatnya. Dia mendesah lagi; Semua itu pasti mimpi. Salah satu mimpi aneh bahwa Anda berani bersumpah itu nyata karena rasanya begitu nyata; tapi kemudian Anda menyadari itu pasti mimpi karena itu begitu aneh.

Mark tertawa kecil pada dirinya sendiri; seolah-olah monster seperti itu benar-benar ada. Rasa sakit mendadak di keningnya muncul yang membuatnya berhenti. Mungkin itu nyata dan dia hanya tidak ingat kembali turun. Mark cepat menolak ide tersebut; mungkin dia terjatuh dalam tidurnya dan kemudian naik kembali ke ranjangnya; hal-hal seperti itu bisa saja terjadi.

Mark bangkit dan pergi ke lemari es untuk mendapatkan sesuatu untuk minum. Meraih segelas dalam perjalanan ke sana, ia membuka karton jus jeruk untuk sarapan. Dia memiringkan karton untuk menuangkan beberapa ke dalam gelas ketika jus tumpah keluar ke meja. Dia berhenti dan menatapnya, bingung. Lalu ia menyadari bahwa ada luka tipis di sisi atas karton, sehingga ketika itu miring jus tidak mencapai puncak tapi tumpah keluar celah sebaliknya.

ケケケ!” (Kekeke!)

Suara itu lagi. Itu datang dari dalam apartemen. Dia berbalik dengan cepat, memeriksa ruang untuk mencari monster itu. Lalu ia berhenti, menyadari betapa paranoid dan bodoh ia sedang; jelas dia membayangkan itu. Pemotongan dalam karton, pacarnya bisa melakukan itu; mereka baru-baru terlibat dalam suatu perkelahian.
Mark membersihkan kekacauan yang dia buat dan memutuskan dia tidak akan memiliki apa-apa untuk sarapan; ia tidak merasa ingin makan. Dia khawatir bagaimana ia akan melamar pacarnya, Beatrice. Dia mencintainya dan ingin membuatnya mengerti betapa ia mencintainya. Dia menyalakan televisi dan menonton selama beberapa jam; melupakan masalahnya.


Sekarang sudah tengah hari. Dia bangkit dan berjalan ke dapur, meninggalkan televisi yang masih menyala. Dia membuka lemari tempat alkohol yang ia simpan dan mengambil sebotol bir, ia menuangkan ke dalam gelas dan kemudian hampir menjatuhkan botol ketika ia melihat bahwa itu bukan bir.; itu hanya air biasa. Dia mengerutkan kening dan minum sedikit untuk memeriksa, dan itu hanya air biasa. Dia menatapnya dengan marah dan meraih sebotol, kemudian dan lain lain. Isinya semua telah diganti dengan air biasa saja. Dia mendesah marah, dan kemudian ada itu lagi.

ケケケ!” (Kekeke!)

Mark sedikit terlompat, tawaan itu lagi. Dia mengatakan pada dirinya sendiri lagi dan lagi bahwa dia telah membayangkannya. Dia hanya mendapatkan paranoid karena mimpinya terasa begitu nyata. Beatrice bisa melakukan ini juga, tidak ada monster disini.

Ia memeriksa di sekitar kabinet untuk melihat apakah ada sesuatu yang tersisa di sana. Di bagian belakang ia tahu ia memiliki dua botol anggur dan satu botol sampanye, tapi ia ingin menyimpan mereka ketika Beatrice memaafkannya. Ia melihat botol dan hendak menutup kabinet ketika dia melakukan mengambil keduanya, salah satu botol anggur yang hilang. Mark melihat di mana dia menyimpan gelas anggur dan salah satu dari mereka yang hilang juga.

"Beatrice bisa melakukan itu juga, ia sangat marah." Kata Mark dalam hati diam-diam, ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan membuat itu padanya bahkan jika itu adalah hal terakhir yang dia lakukan. Lalu dia mendengar lagi.

ケケケ!” (Kekeke!)

Itu berasal dari ruang tamu, di mana ia meninggalkan televisinya. Dia tahu dia tidak pernah membayangkan hal itu saat ini, bahwa tertawa itu nyata. Ia menutup lemari tertutup dan berlari ke dalam ruangan.
Tentu saja ada monster tersebut. Ia duduk di sofa dengan minum segelas anggur, menonton televisi yang telah ditinggalkan di. Monster itu berhenti dan menatap Mark, tersenyum. Ia mengambil botol anggur yang terbuka di satu tangan dan menggelengkan sedikit ke arahnya.

ウイン?” (Wain?; Wine?)

Mark terhenti, menatap monster tersebut. Dia langsung tersentak dan berlari kembali ke dapur secepat dia bisa; itu nyata. Dia benar-benar diharapkan monster itu ada dan datang untuk membunuh dan memakannya; karena itulah monster yang dilakukan. Tapi monster itu tetap di sana; ia bisa mendengar menertawakannya.
Mark takut; ia harus pergi dari tempatnya dan keluar dari hidupnya. Dia memandang berkeliling dapur untuk sesuatu yang bisa digunakan. Panik, ia meraih pisau terdekat yang bisa dia temukan dan berlari kembali ke ruang tamu, siap untuk melawan.

Monster itu sudah pergi. Tidak ada jejak; bukti adalah botol yang hilang anggur dan gelas anggur. Dia tegang; mungkin ia akan gila karena mimpi itu.

"Tidak, tidak tidak aku tidak gila, itu tidak akan terjadi. Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan hal itu!" Dia memeluk dirinya. Dia kembali ke dapur dan menaruh pisaunya. Dia berjalan kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa. Mengambil remote ia mematikan televisi untuk berpikir.

"Mungkin aku berhalusinasi. Mungkin aku akan gila karena aku depresi karena Beatrice marah padaku! Mimpi aneh hanya terjadi untuk mencampur dengan itu! "Mark bangkit dan meraih telepon untuk meneleponnya. Dia memutar nomor dan menunggu dia untuk mengambil, Mark sangat bersemangat tentang melamarnya sampai dia tidak melihat seseorang menyelinap masuk lewat jendela dan melihatnya.

"Hi! Beatrice? Ini aku! Aku sangat menyesal tentang pertengkaran yang kita alami dan aku-! . . . Tidak, aku benar-benar menyesal! -. . . Aku berjanji akan melamarmu dan terserah kau! Aku bersumpah aku akan. . ." Dia menutup telepon, dia menutup telepon. Hanya saat itulah ia melihat sesuatu di sudut matanya, tetapi ketika ia berbalik tentang hal itu adalah pergi.

"Aku akan bertemu dengannya!" Kata dia sendiri, lalu meraih jaketnya dan memakainya "Aku akan meminta maaf secara langsung!" Mark mondar-mandir di sekitar apartemen, memikirkan apa yang harus ia memberinya. Lalu ia menyadari dan membuka lemari untuk mengambil botol sampanye, tapi ketika ia membukanya botol itu menghilang. Ia berpikir bahwa permintaan maaf yang tulus akan cukup dan keluar pintu untuk menemuinya.

Mark berjalan dengan cepat, memikirkan apa yang akan ia katakan. Seluruh waktu ia berjalan ia selalu merasa bahwa seseorang mengikutinya. Dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu hanya dia yang gugup.

Mark sampai dirumahnya dan berdiri di tangga depan. Dia takut; takut bahwa dia tidak akan memaafkannya dan putus dengannya. Dia mengulurkan tangan untuk mengetuk pintu, tapi dengan cepat menarik kembali. Dia takut.

Mark mendesah dan menghela nafasnya dengan pelan, mengatakan pada dirinya bahwa ia adalah seorang pengecut. Dia berbalik dan berjalan pergi, tidak menyadari bahwa tertawa yang terjadi tepat di belakangnya, disusul suara jendela dibuka.

ケケケ!” (Kekeke!)


Bagian ke-2…

Mark meninggalkan bar tempat ia berada. Ia datang ke bar ini untuk minum sebelum ia menghadapi Beatrice tapi dia tidak merasa seperti minum sama sekali dan hampir tidak menyentuh apa yang telah ia beli. Mark mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia akan pergi dan meminta maaf seperti seorang pria dan berangkat menuju rumahnya. Mark mengulurkan kepalan tangannya dan mengetuk pintu keras. Dia menunggu. Tidak ada yang menjawab. Dia menekan bel beberapa kali, dan bisa mendengar berdering melalui rumah. Masih tidak ada yang menjawab. Mulai khawatir, ia mengetuk pintu dan berteriak namanya, masih tidak ada yang menjawab. Dia mencoba kenop pintu, dan dibuka. Itu aneh; dia biasanya terus pintu terkunci. Hal pertama yang ia melihat ketika ia memasuki adalah jendela yang terbuka, kayu yang berbatasan dengan sisi tampaknya memiliki banyak tanda cakar di atasnya, seperti kucing sudah ada. Dia berjalan ke ruang makan, memanggil namanya. Dia berhenti ketika melihat sebotol sampanye di atas meja. Itu adalah botol yang ia miliki dalam kabinetnya, itu terbuka. Dia mengambilnya dan mengamatinya. Ada catatan ditempelkan ke sisi itu. Catatan itu berbunyi:

"Beatrice Aku sangat menyesal tentang perjuangan kita! Aku benar-benar ingin menebusnya karena aku mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwa saya!" ~ Mark

Mark menatap catatan, melihat hati kecil setelah kata "jiwa", ia tidak ingat mengirimkan ini padanya. "Beatrice !?" teriaknya. Dia berjalan mengitari meja dan darah yang mengalirnya mulai dingin. Dia melihatnya, kekasihnya Beatrice, di lantai. Dia tidak bergerak, dan pecahan pecahan kaca mengepungnya.

"Beatrice!!" Mark berteriak dan jatuh ke lantai untuk menjemputnya, mengabaikan luka yang didapatkan oleh pecahan kaca; ia melihat dari bentuk mereka bahwa mereka berasal dari segelas anggur. Air mata mengalir dari matanya dan dia memeluknya, ia tahu ia sudah mati.

"Ia sangat manis!"

Mark berhenti dan mendongak. Monster itu ada. Ia duduk di jendela, menirukan suaranya. "Aku sangat menyesal kami bahkan kami pernah bertengkar di tempat pertama!" Mark menatapnya, kemarahannya mendidih di dalam.

それがのんだ。死んだ!ケケケ! 毒だよ!ケケケ!” (Sore ga nonda. Shinda! Kekeke! Dokuda yo! Kekeke!; Lalu ia meminumnya. Lalu ia mati! Kekeke! Itu adalah racun! Kekeke!)

Ia tertawa keras, meletakkan tangannya ke wajahnya untuk mencoba dan menghentikan.

"Kau pikir ini lucu!? Kau membunuhnya! Aku akan membunuhmu! "Mark berdiri dan meraih botol.

"おまえ 怒ってるかい~?" (Omae okotteru kai~?; Kau marah~?)

Mark melemparkan botol tapi monster itu melompat keluar dari jendela sebelum mengenainya. Dia akan membunuhnya. Dia akan membuatnya membayar. Mark berjalan ke lemari Beatrice; ia tahu di mana ia menyimpan pistol untuk manahan diri. Dia menariknya keluar dan membuka klip, melihat bahwa hanya ada empat peluru tersisa; itu baik-baik saja, ia hanya ingin satu. Mark berlari keluar pintu, tidak ada tanda-tanda monster itu di mana saja. Dia tahu itu akan kembali ke apartemennya. Mark berlari secepat yang dia bisa, mengabaikan tanda-tanda penyeberangan dan orang lain; hanya berjalan. Dia tiba di gedung apartemennya dan berlari ke lantai nya. Membanting pintu terbuka ke apartemennya. Dia benar, monster itu ada. Itu berbaring di atas rak buku memegang segelas anggur, botol anggur di sisi lain.

ワイン がもない!” (Wain ga mo nai!; Semua wine ini sudah habis!)

Mark mulai marah dan mengarahkan pistol ke arah monster itu, menembaknya. Ia menghindar dan melompat ke dinding, meninggalkan gelas anggur dan menempel dengan cakarnya sehingga punggungnya menghadap mark. Dia menembak untuk kedua kalinya, dan membalik lalu menghadap Mark, lengan kiri dan kaki membungkuk lebih jauh dari manusia normal. Ia ditembak lagi dan menjatuhkan diri ke lantai, sekarang merangkak. Mark menembak lagi dan monster itu berguling untuk menghindar, lalu ia melompat mundur ke dinding, tetap di sana dan menatapnya. Mark berjalan ke sana dengan marah dan menunjuk pistol ke arah dahinya. Ia menarik pelatuk, tapi ada hanya satu klik, menunjukkan bahwa tidak ada lagi peluru. Monster itu mulai tertawa gila.

フェイル!” (Feiru!; Fail!)

Mark marah dan mengayunkan pistol ke arah monster itu untuk serangan jarak dekat, tapi monster itu merangkak ke samping, mengambil gelas anggur yang telah ia tinggalkan di rak buku. Ia melemparkan gelas anggur kearah Mark tapi Mark menghindarinya, maka ia melemparkan botol anggur dan memukulnya diantara mata. Mark pingsan.

Mark sadar; ... Dia berhadapan dengan monster itu. Ia merangkak ke langit-langit, lengan dan kaki membungkuk kembali pada sudut sembilan puluh derajat sehingga itu menghadapi dia. Topeng itu berubah lagi. Senyum bercahaya di sisi hitam gelap topeng itu menghilang, dan kerutan marah muncul kembali di sisi putih topengnya. Lalu ia berkata kepadanya dengan suara gelap, daripada suara bahagia main-main sebelumnya.

おまえは面白くない。” (Omae wa omoshirokunai; Kau membosankan.)

 Ia membuat geraman rendah dan suara mendesis, dan menerkam.

Kemudian pada hari itu polisi tiba di apartemen Mark, seorang tetangga menelepon mereka karena mereka telah mendengar tembakan. Mark ditemukan tewas, tanda cakaran ada pada seluruh tubuh dan tenggorokannya juga dicakar. Pembunuhnya sepertinya hewan, dan tanda cakar yang ditemukan di sepanjang dinding dan langit-langit. Jejak kaki berdarah ditemukan menuju ke jendela, sehingga mereka memutuskan bahwa hal itu dilakukan oleh manusia. Setelah pemeriksaan lebih lanjut dari tubuh, mereka menemukan sesuatu yang diukir ke dalam kulit di dahinya.


退屈な。” (Taikutsuna; Membosankan.)